Sedekah untuk Mendapatkan Kekayaan

Sedekah untuk Kekayaan Huda Cendekia

Bagikan :

Sedekah untuk kaya. Ketahuilah teman-teman bahwa dunia hanya sementara tidak ada orang yang meninggal kecuali dunia ditinggalkannya, bahkan Alloh SWT menganalogikan dunia seperti halnya sayap nyamuk bahkan lebih hina. Rasululloh SAW bersabda,

Andai kehidupan dunia di sisi Allah senilai sayap nyamuk niscaya Allah tidak mungkin membiarkan orang kafir menikmati walau hanya seteguk air.”  (HR. At-Tirmizy).

Itulah dunia jadi wajar jika orang kafir diberikan kekayaan bahkan dia bisa menjadi orang yang paling kaya, berbeda dengan orang beriman yang dia dianugerahi oleh sang pencipta dengan keimanan karna iman adalah yang yang jauh lebih penting dari dunia, dan keimanan diberikan kepada orang-orang yang Alloh SWT cintai.

sebagaimana yang dituturkan oleh junjungan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Sejatinya Allah telah membagi akhlaq kalian sebagaimana Allah juga telah membagi rezeki kalian. Dan sejatinya Allah ‘Azza wa Jalla dapat saja memberi kakayaan dunia kepada orang  yang Dia cintai dan yang tidak Dia cintai. Namun untuk urusan agama, maka Allah tidak mungkin memberikannya kecuali kepada orang yang Allah cintai. Barangsiapa yang telah Allah berikan bagian dalam urusan agama, maka itu bukti bahwa Allah mencintainya.” (HR. Ahmad dan lainnya).

Dalam hal ini islam mengarahkan umatnya untuk menggadaikan hartanya guna membangun iman. Dan sebaliknya islam juga melarang umatnya menjual agama hanya demi dunia yang hina.

Sedekah untuk Kaya

. . Hidup kaya berkecukupan dan memiliki banyak harta merupakan impian setiap orang. Bahkan hal ini tidak bisa hilang sampai umur usia lanjut.

Anak keturunan Adam tumbuh kembang dan ada dua hal yang turut tumbuh dan berkembang bersamaan dengan usianya: cinta terhadap harta kekayaan dan angann-angan panjang umur.” (HR. Bukhari).

Bermimpi untuk menjadi kaya boleh saja asal tidak lupa akan aturan Alloh SWT tidak menempuh segala cara untuk menjadi kaya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan:

Jangan pernah engkau merasa rezekimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya.  Karena itu, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki: yaitu dengan menempuh jalan yang halal dan meninggalkan jalan yang haram.” (HR. Ibnu Majah, Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim).

Diantara sikap yang benar dalam mencari kekayaan adalah tidak melibatkan amalan-amalan akherat untuk dapat meraihnya seperti dengan sedekah untuk menjadi kaya raya.

Demikianlah dahulu pesan Allah ‘Azza wa Jalla yang disampaikan melalui lisan orang-orang shaleh dari para pengikut Nabi Musa ‘alaihissalam kepada Qarun, yang artinya:

Dan carilah (kebahagiaan) negeri akhirat dengan kekayaan yang telah Allah anugerahkan kepadamu, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”  (QS. Al-Qashash: 77)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan berkata:

Mereka menganjurkan kepada Qarun agar menggunakan karunia Allah berupa harta kekayaan yang melimpah ruah dalam ketaatan kepada Allah. Hendaknya kekayaan yang ia miliki digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan segala bentuk amal kebajikan. Dengannya ia mendapatkan pahala besar baik di dunia maupun di akhirat.

Walau demikian bukan berati ia harus melalaikan kehidupan dunianya dengan tidak makan, minum, pakaian, rumah, dan istri. Yang demikian itu karena Allah memiliki hak, sebagaimana dirinya juga memiliki hak yang harus ia tunaikan. Dan istrinya pun memiliki hak yang harus ia tunaikan demikian pula tamunya juga memiliki hak yang harus ia tunaikan. Karena itu tunaikanlah masing-masing hak kepada pemiliknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3:484)

Upaya untuk sukses bukan berarti harus mengorbankan segala hal apalagi dengan hal yang berkaitan menjadi bekal kita di akhirat seperti sedekah hanya untuk mendapatkan kekayaan saja. percayalah bahwa Alloh SWT akan memudahkan segala urusanmu jika engkau memenuhi hak-hak Alloh SWT.

Barangsiapa yang orientasinya adalah urusan akhirat, niscaya Allah meletakkan kekayaannya di dalam jiwanya. Sebagaimana Allah juga akan menyatukan urusannya dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan mudah. Namun sebalikya, orang yang orientasinya adalah urusan dunia, niscaya Allah jadikan kemiskinannya ada di depan matanya. Sebagaimana Allah juga mencerai-beraikan  urusannya dan tiada kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tentukan untuknya.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya).

Wallohu’alam…

www.hudacendekia.or.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an