“JAGALAH LIDAHMU” !!!

Bagikan :

JAGALAH LIDAHMU..!!

Lisan merupakan salah satu nikmat Alloh  yang teramat agung dan sangat patut untuk kita syukuri. Keberadaanya memiliki peran yang luar biasa dalam kehidupan seorang muslim. Lisan dapat menjadikan seseorang masuk surga Allah l dan dapat pula menjadikan seseorang mendapatkan kesengsaraan di neraka. Jika lisan seseorang lurus, niscaya semua anggota tubuhnya akan ikut lurus. Dan jika lisan seseorang menyimpang, maka menyimpanglah perilaku dan tindakan anggota tubuh yang lain.

Rosululloh  bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ: اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا.

“Apabila anak cucu Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota badan menuntut kepada lisan, seraya berkata, ‘Bertakwalah kepada Alloh dalam menjaga kami, karena kami bergantung kepadamu, apabila kamu lurus, maka kami pun lurus, dan apabila kamu bengkok, maka kami pun akan bengkok’.” (HR. Tirmidzi)

Bagi seorang muslim yang bertauhid dan mengerti akan konsekuensinya, ia akan berhati-hati terhadap lisannya. Karena segala yang ia ucapkan baik itu kebaikan maupun keburukan akan tercatat di sisi Alloh  dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Alloh .

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

Lisan memiliki peran yang besar di dalam lahan kebajikan dan juga di dalam keburukan. Maka barangsiapa yang mengumbar lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka setan akan menggiringnya ke dalam jurang kehancuran. Dan barangsiapa yang menjaganya dengan memanfaatkan lisan untuk kebaikan, niscaya ia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah l. Oleh karena itu Rosululloh telah memberikan konsep sederhana sebagai upaya memelihara ketergelinciran lisan dari hal-hal yang tidak baik; beliau ` bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ayat di atas juga senada dengan firman Allah l:

Padahal sesungguhnya ada para malaikat yang mengawasi kalian. Para malaikat yang mulia yang bertugas untuk mencatat (amal kalian). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)

Imam ibnu Katsir v berkata dalam menafsirkan ayat ini, ‘sungguh ada para malaikat mulia yang mengawasi kalian, maka janganlah engkau sambut mereka dengan amalan-amalan buruk, karena mereka akan mencatat semua amal kalian dan membebankannya.”

Dalam firman Allah l yang lainnya, yaitu dalam surat al-Fajr ayat ke 14, Alloh  berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

“Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi.”

            Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas a berkata, ‘Robb-mu mendengar dan melihat yakni mengawasi mahluk-mahluk-Nya terhadap apa yang mereka lakukan dan akan membalas setiap perilakunya di dunia dan di akherat; kemudian seluruh mahluk-Nya juga akan dihadapkan kepada-Nya kemudian Ia akan memutuskan hukum kepada mereka dengan keadilan-Nya dan memberikan balasan sesuai yang pantas untuk diterima karena Dia adalah Dzat yang terbebas dari sifat kedzoliman dan kesewenang-wenangan.’

Ketika Alloh l adalah Dzat yang mendengar dan melihat serta mengetahui perbuatan hamba-hamba-Nyadan akan memberi masing-masing balasan sesuai dengan usahanya di dunia, makaketika tingkah laku dan ucapannya baik, di akherat ia akan memetik kebahagian sebagai buah amalnya tersebut; dan ketika apa yang diucapkan dan dilakukannya adalah suatu keburukan, maka kesengsaraan dan siksa yang akan ia terima.

Imam Ahmad v meriwayatkan dari Bilal bin Harits al-Muzani a, berkata Rasulullah `, ‘sesungguhnya seseorang mungkin saja mengucapkan satu kalimat yang mengandung keridloan Allah dan ia tidak mengira bahwa kalimat itu akan sampai pada derajat itu, lalu Allah tuliskan baginya keridloan tersebut hingga hari perjumpaan dengan-Nya; dan mungkin juga seseorang mengucapkan kalimat yang mengandung murka Allah dan ia tidak mengira bahwa kalimat itu akan sampai pada derajat itu, lalu Allah tuliskan baginya kemurkaan tersebut hingga hari perjumpaan dengan-Nya.’

Imam Nawawi  berkata, “Ketahuilah bahwa setiap mukallaf harus menjaga lisannya dari semua perkataan, kecuali perkataan yang maslahat di dalamnya telah jelas. Bahkan ketika perkataan itu mubah sekalipun, sedangkan dalam meninggalkannya terdapat maslahat maka disunnahkan untuk menahan diri darinya. Karena terkadang perkataan yang mubah akan menyeret seseorang menuju keharaman atau kemakruhan, bahkan ini menjadi hal yang umum dan menjadi adat kebiasaan; padahal keselamatan merupakan suatu halyang tidak ada sesuatu pun yang menyamainya.”

Menjaga dan memelihara lisan dari ketergelinciran memang bukan hal yang mudah, namun sebagai seorang muslim tentu kita harus terus berupaya maksimal agar lisan kita berada dalam kondisi yang diridloi Allah l. Karena barangsiapa yang mampu menjaga lisannya, maka ia akan mendapatkan surga. Rosululloh bersabda:

مَنْ يَضْمَنُ لِيْ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) kejahatan lisan yang berada di antara dua tulang rahangnya, dan kejahatan kemaluan yang berada di antara kedua kakinya, niscaya aku akan memberikan jaminan surga kepadanya.” (HR. Bukhori)

Semoga Allah l memberikan taufiq-Nya kepada kita semua agar mampu menjadi hamba-hamba Allah yang menjaga lisan dari ketergelinciran dan memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya. Aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an